Mengharap Hujan di Musim Kemarau
Ku sengaja datang ke rumahmu
Dengan membawa surat undangan yang bertuliskan namamu dengan orang lain
Seakan sukma berteriak bersama langkah kaki yang kaku
Terik terasa sejengkal menghampiri panaskan jiwa
Seakan debu merontah beriak terinjak kaki
Melihat janur kuning dan tenda biru terpasang di sorot rumahmu
Kerumunan orang yang pecah bahagia
Tak kuasa,
Tak kuasa menahan tetesan hujan di musim kemarau.
Bertahun ku bingkai namamu
Bertahun Bku rajut cinta sendirian
Berharap menuangkan air hujan Di musim kemarau panjang
Nyatanya daun makin kering berguguran ranting rapuh jatuh terhempas tak ternilai
Tanah makin retak kekeringan
Rumput kaku tak bergoyang Terseret angin yang tak sejuk
Butiran debu merontah perih dan sedih menghantam wajah yang putus harap
Bisu kaku diam dan berpura tawa
Mata berkaca bak air menghempas cermin.
Masa yang tak kuduga luluh lantahkan rangkaian syair ku
Ku tulis bertahun - tahun lamanya
Akhir yang tak ingin ku akhiri
Akhir yang tak terencanakan olehku
Akhir yang tak ku harap
Kini ku tak lagi bersisi pada dinding coretan ceritaku
Hampa dinding pemisah yang selama ini membelenggu inginku.
25 Oktober 2015 "Singkap Lalu"
Hamzah Fanzhury