Mata Angin di Empat Penjuru
Lonceng masa berdalih dalam kitabnya
Berbunyi di pintu kuil
Wadah para pesuci
Ruang semedi hati hati fitrah.
Angin kedamaian berhembus bertemu di ujung panah
Dari sumber empat arah
Menghembus dupa dalam lingkar kemenyang
Di hadapan Sang dewa suci
Sesembahan penyucian jiwa
Wihara yang Agung bertirai kasih.
Dan bertaburlah cinta kasih
Dalam pernak pernik kelahirannya
Datanglah Sang damai
Terompet-terompet berseruh kedamaian
Dengan khidmat segala rasa beriuk teduh.
Dan kesempurnaan pun tiba
Kala teduh bersua bingar cahya
Nur ilahi dengan lentera ke Esa an Nya
Mengisi cahya di sirat-sirat kepincangan
Membawah masanya berbungkus waktu
Mengepul serpihan-serpihsn ayat
Terbawah bayu dari empat penjuru mata angin
Maka sempurnalah dalam tulisan.
Namun terjeda ...
Dalam sabda waktu bertahta di suaka langit
"Ada masa tulisan firman, rapuh dibanting kekuasaan usang terbungkus ego".
Tertulis tak terpahami
Karena Nafs termunafikkan
Tiada lagi neon-neon akal dalam kegelapan nya
Tak berdaya dalam mengurai pandang di tiap sirat
Maka tersesat lah dalam kesempitan pandang.
Hamzah Fanzhury, 27 Desember 2019 (kutipan dari Tulisan awamku dari musafir senja ternanalah Hamzah)
"Kupersembahkan untukmu wahai Sang Mata Angin di Empat Penjuru"